Posts

"Karena nama kamu sudah tertulis di sini, di hatiku."

Image
Sampul Sampul Depan Sampul Belakang Mulai membaca:  Episode #01

#01

  D i perjalanan, di tengah konsentrasinya menyetir, Sotul merasa mendadak ban belakang motornya berat dan sedikit oleng. Dengan perasaan was-was Sotul menginjak rem dan melepas tarikan gas. Dan benar, saat dia turun untuk memeriksa, dia menemukan sebuah paku tertancap tampan di ban belakang motornya . Bugh! Spontan Sotul menendang ban motornya sangkin kesalnya. Motornya diam saja tak melawan, justru ujung sepatunya yang sukses jebol menganga. "Sial!" Emosi Sotul bertambah parah. Kali ini jok motor yang jadi sasaran. Ditamparnya keras hingga meninggalkan bekas tangan. "Huft!" Sesaat Sotul menghela napas panjang. Tiba-tiba dia merasa kasihan. Ini bukan salah motornya. Ini resmi salahnya Putra! "Kenapa dia ingkar sama janjinya bangunin aku? Kenapa dia gak melarangku nginep di rumahnya semalam? Kenapa?" oceh Sotul mendongak ke langit. Setelah mengusap-usap bekas tamparan di jok, Sotul menuntun motor Revo merah 110cc malang i

#02

   S esampainya di rumah, Sotul segera masuk ke kamar dan mengunci diri dari dalam. Dompet yang tadi diselipkan di jaket diambilnya dengan dada deg-degan. Diamati sebentar, lalu dengan tangannya mencoba menimbang-nimbang isinya. "Lumayan berat. Pasti isinya jutaan." batin Sotul penuh harap dan tak sabar akan membelanjakannya. Dengan uang itu, Sotul berencana membeli sepatu baru dan mengganti ban motornya. Kalau masih bersisa akan Sotul gunakan untuk beli helikopter. "Jangan lakukan! Itu bukan milikmu!" sisi hati baiknya tiba-tiba mencegah. "Buka aja. Kau 'kan nemu, berarti udah jadi milikmu, dong." setan memprovakasi. Sotul terdiam bimbang. "Balikin sama yang punya. Dosa loh." bisik malaikat di kuping kanan Sotul. "Udah, buruan dibuka! Kalo gak sekarang kapan lagi? Kalo bukan kau siapa lagi?" di kuping kiri setan terus memanasi. "Jangan deng e rin dia. Anggap aja itu suara setan."

#03

   D i teras sebuah rumah sederhana bercat putih, tampak seorang lelaki duduk lesu di kursi dengan kaki kanan menyilang di dengkul kiri. Seperti duduknya Nazwa Shihab. Sikut tangan kanannya bertumpu pada peganggan kursi, sementara lengannya tegak menyangga kepalanya yang miring. Entah kenapa dia duduk dengan gaya seperti itu. Mungkin kepalanya sedang berat akibat banyak pikiran. Atau mungkin tidak kuat menanggung beban jelek di wajahnya, sehingga butuh bantuan tangan untuk menopang wajahnya itu. Mungkin! Tapi sebenarnya jika diperhatikan secara seksama dan dalam tempo yang agak lama, cowok itu tidak jelek-jelek amat, walau sesungguhnya memang tidak ganteng juga. Ganteng pas-pasan, pas di dalam kegelapan, pas menghadap ke belakang atau pas dilihat dari jarak minimal 500 meter. "Sotul?" Seseorang menyebut namanya. Dia menoleh, dan tampak olehnya seorang pria muda sedang berjalan lancar ke arahnya. Kalau tidak salah namanya Putra, sahabat Sotul dari zaman SMA hingg